Rabu, 18 Maret 2015

Manusia Sebagai Makhluk Sosial-Individu, Ekonomi, Hukum,Budaya, Politik & Psikologi



Manusia Sebagai Makhluk Sosial-Individu, Ekonomi, Hukum, Budaya, Politik & Psikologi
1. Manusia sebagai Makhluk Individu
Kata "Individu" berasal dari kata latin, "individuum" artinya yang tak terbagi, jadi, individu merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas.
Manusia merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa-raga,melainkan juga merupakan pribadi yang khas,menurut corak kepribadiannya,dan termasuk kecakapannya sendiri. Setiap manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan cita-cita berbeda satu sama lain. Manusia sebagai individu juga merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat.
Kelompok sosial yang merupakan awal kehidupan manusia individu adalah keluarga.Dalam keluraga ada rasa saling tergantung diantara sesama manusia yang membentuk individu berkembang untuk beradaptasi dengan kehidupan dalam masyarakat.Hal ini menandakan bahwa manusia sebagai individu tidak mampu hidup sendiri,tetapi diperlukan keberadaan dalam suatu kelompok(masyarakat)sehingga individu merupakan makhluk sosial.Ini berarti antara individu dan kelompok terdapat hubungan timbal balik dan hubungan yang sangat erat yang merupakan hubungan fungdional.
Apabila diperhatikan,manusia pada waktu lahir tampaknya sangat lemah.Keadaan yang tampaknya lemah itu tidak berarti bahwa bayi tidak mempunyai potensi apa-apa atau tidak mempunyai kemungkinan untuk berkembang.Bayi mempunyai banyak kemungkinan untuk berkembang menjadi anak-anak,mempunyai masa muda,mempunyai masa untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa bersama dengan lingkungan yang dekat dengannya.Bayi berproses menjadi anak,dan anak akan berkembang menjadi dewasa. Dalam fase perkembangan yang dilalui anak menuju dewasa,potensi diri yang dimiliki anak juga terus berkembang sesuai dengan tumbuhnya fisik pada anak dan interaksi sosial yang membentuk kepribadiannya.

Ketika anak telah menjadi dewasa kepribadiannya akan menjadi jelas terlihat yang tampil bersama perilakunya. Pribadi menjadi ciri penampilan seseorang ditengah lingkungan sosialnya setelah melalui proses perkembangan bersama lingkungan sosial lainnya. Pada masa dewasa,manusia lebih banyak menghadapi masalah hidup yang heterogen ditengah kelompok sosial yang besar. Manusia mempunyai potensi diri dan kemampuan yang dapat berkembang kesegala arah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang silih berganti. Manusia mempunyai berbagai pembawaan,kesadaran,perasaan,cita-cita,pikiran,dan sebagainya yang kesemuanya sangat berpengaruh terhadap kehidupan dewasa.
WHAT IS PERSONALITY?
Yakni susunan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap tiap individu, atau dengan kata lain personality ialah cirri-ciri watak seorang invidu yang konsisten yang memberikan kepedanya suatu identitas sebagai individu yag khas.
v  Unsur unsur personality
• Pengetahuan
Segala sesuatu yang kita ketahui sebagai hasil penggunaan panca indera (unsure-unsu akal yang mengisi alam jiwa)
• Persepsi
Yakni seluruh proses akal manusia yang sadar
• Apresiasi
Yakni penggambaran oleh manusia berbeda dengan foto, manusia terfokus pada bagian-bagian khusus (mata, telinga) diolah oleh akal fikir, digabung dengan penggambaran lama lalu diproyeksikan sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru.
• Pengamatan
Yakni suatu persepsi saat diproyeksikan berfokus pada hal yang menarik (lebih terpusat/lebih intensif) pada bagian bagian khusus tadi (pemusatan akal yang lebih intensif)
• Konsep
Yakni penggambaran abstrak
• Fantasi
Dalam pengamatan ada yang ditambah-tambahkan , dibesarkan, dikurangi, dikecilkan pada bagian bagian tertentu, adapula digabungkan dengan penggambaran lain menjadi penggambaran lain yang dalam kenyataannya tidak ada penggambaran yang realistic.
• Perasaan
Yakni suatu kleadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh pengetahuannya dinilainya sebagai keadan positif dan negatif
• Drive (dorongan)
§  Dorongan untuk mempertahankan hidup
§  Mencari makan
§  Berinteraksi
§  Sex
2. Manusia sebagai Makhluk Sosial
Sebagai makhluk individu dan sekaligus sosial,manusia tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya,karena merupakan satu kesatuan utuh dalam diri manusia.
Hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 1828 mengungkapkan kisah ditemukannya seorang bayi yang telah tinggal dalam gua tertutup selama 18 tahun.Setelah gua dibuka,anak tersebut sangat bingung dan terkejut melihat keadaan kota.Ia berjalan menggunakan empat kaki dan tidak dapat berbicara.Sifat anak itu tidak ubahnya seperti rusa masuk kampung.Anak tersebut bernama Casper Hauser,anak seorang petani.
Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. 
Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu :
a. Manusia tunduk kepada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
e. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan peran-peran sebagai berikut :
1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.
2. Membentuk kelompok sosial.
3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan kelompok.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi :
a. Kesadaran akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.
b. Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
c. Penghargaan akan hak-hak orang lain.
d. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku. 

3. Manusia sebagai Makhluk Ekonomi
Setiap kebutuhan menuntut pemenuhan. Ketika haus, kita minum. Ketika lapar, kita makan. Kita akan berusaha memenuhi semua kebutuhan kita.
Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan inilah yang menunjukkan kedudukan manusia sebagai makhluk ekonomi (homo economicus). Sebagai makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhannya dengan memerhatikan nilai-nilai agama dan norma-norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan sumber daya alam secara selektif, serta memerhatikan kelestarian lingkungan.

4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK POLITIK
Manusia adalah zoon politicon, kata Plato dalam bukunya Republica. Sebagai bagian dari zoon politicon, manusia secara individual merupakan elemen terkecil dari sebuah negara. Sebagai makhluk politik, eksistensi manusia tidak terpisahkan dengan konsepsi Negara. Politik dalam pengertian yang ideal berusaha memanifestasikan nilai-nilai luhur yang ada dalam masyarakat. Pandangan ideal ini secara logik berangkat dari logika berpikir sederhana dengan dikotomi hitam-putih; benar-salah.
 Aktivis politik yang berusaha mencapai impian menciptakan tatanan masyarakat yang baik akan menempuh jalan atau cara yang menurut kategorinya baik. Namun dalam riil politik, logika berpikir demikian sungguh kenyataan yang sukar untuk diterapkan. Pada realitasnya kekuasaan adalah hanya salah satu aspek nilai yang terdapat dalam politik. Dalam politik sendiri terdapat nilai-nilai lain, antara lain, kekayaan, pendidikan, kesehatan, keahlian, penghormatan, penghargaan, afeksi, dan kebajikan. Dengan melihat sisi lain nilai intrinsik yang terdapat dalam politik inilah etika, fatsun dan moralitas politik perlu ditegakkan.
Thoyfoer menjelaskan, manusia tak bisa menghindar dari kegiatan sosial, karena untuk makan saja tidak bisa melakukan sendiri. Pendek kata, manusia tidak mungkin menanam padi sendiri, menanam sayur sendiri, atau membuat garam sendiri. Jadi, dalam menjalankan kehidupan sehari-hari membutuhkan keterlibatan orang lain. "Inilah yang disebut mahkluk sosial," katanya.
Manusia juga tak akan bisa menghindar dari kegiatan politik. Ini karena karena manusia sebagai mahkluk politik, yakni, hidup di dalam lingkungan orang banyak (masyarakat). Di dalam lingkungan itu akan terbagi-bagi menjadi lingkungan rumah tangga, RT, desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, dan negara.
Masing-masing lingkungan membutuhkan pemimpin. Misalnya pemimpin rumah tangga, pemimpin desa sampai pemimpin negara. Untuk memilik pemimpin tidak mungkin dilakukan seorang diri, tetapi harus melalui proses yang membutuhkan keterlibatan orang lain. Contoh kecil dalam memilih pemimpin desa, harus dilakukan pemilihan dengan cara pencoblosan. Siapa yang mendapat suara terbanyak dialah yang akan menjadi pemimpin desa.
Menurut dia, memilih pemimpin dari tingkat yang terendah sampai tertinggi itu wajib, karena sesuai dengan pesan-pesan agama Islam. Demikian pula menjadi pekerja politik, juga termasuk perintah agama. "Karena merupakan perintah agama, maka bila dijalani sudah termasuk ibadah," kata politikus asal Lasem itu.
Pada kesempatan itu, dia juga mengatakan, sekarang ini masih banyak orang yang mengatakan PPP produk orde baru. Mereka tahunya cuma itu. Padahal semasa orde baru, PPP banyak memerangi kebijaka.

5. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PSIKOLOGI
Manusia itu pada hakikatnya merupakan makhluk yang berfikir, berbicara, berjalan, menangis, merasa, bersikap dan bertindak serta bergerak. Memahami makhluk Tuhan yang bernama manusia sungguh sangat sukar. Berbagai macam pandangan para tokoh mengenai manusia.
 Ahli mantic (logika) menyatakan bahwa manusia adalah “Hayawan Natiq” (manusia adalah hewan berpikir), seorang ahli filsafat yaitu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia itu madaniyyun bi al-thaba atau manusia adalah makhluk yang bergantung kepada tabiatnya. Sedangkan Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah “zoon political” atau “political animal (manusia adalah hewan yang berpolitik).
Psikologi itu merupakan ilmu mengenai jiwa. Menurut Plato, manusia adalah jiwanya dan tubuhnya hanya sekadar alat saja. Sedangkan aristoteles mengatakan bahwa jiwa adalah fungsi dari badan sebagaimana penglihatan adalah fungsi dari mata. Walaupun jiwa itu tidak nampak, tetapi dapat dilihat keadaan-keadaan yang dapat dipandang sebagai gejala-gejala kehidupan kejiwaan, misalnya orang yang sedang menggerutu, suatu pertanda bahwa orang ini sedang tidak senang dalam hatinya.
Dalam literatur psikologi pada umumnya para ahli ilmu ini berpendapat bahwa penentu perilaku utama manusia dan corak kepribadian adalah keadaan jasmani, kualitas kejiwaan, dan situasi lingkungan. Selain itu psikologi apapun alirannya menunjukkan bahwa filsafat yang mendasarinya bercorak antroposentrisme yang menempatkan manusia sebagai pusat segala pengalaman dan relasi-relasinya serta penentu utama segala peristiwa yang menyangkut masalah manusia. Aliran psikologis ini , yakni:
1. Psikoanalisis
Pendiri psikoanalisis adalah Sigmund Freud (1856-1839), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Freud memandang manusia sebagai homo volens, yakni makhluk yang perilakunya dikendalikan oleh alam bawah sadarnya. Menurut freud kepribadian manusia terdiri dari 3 sistem yaitu id (dorongan biologis), Ego (kesadaran terhadap realitas kehidupan), dan Superego (kesadaran normatif) yang berinteraksi satu sama lain. Id merupakan potensi yang terbawa sejak lahir yang berorientasi pada kenikmatan (pleasure principle), menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan, dan menuntut kenikmatan untuk segera dipenuhi. Ego berusaha memenuhi keinginan dari id berdasarkan kenyataan yang ada (Reality principle). Sedangkan superego menuntut adanya kesempurnaan dalam diri dan tuntutan yang bersifat idealitas.
2. Behaviorisme
Aliran ini menganggap bahwa manusia adalah netral, baik atau buruk dari perilakunya ditentukan oleh situasi dan perlakuan yang dialami oleh manusia tersebut. Aliran ini memandang perilaku manusia bukan dikendalikan oleh factor dalam (alam bawah sadar) tetapi sepenuhnya dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut aliran ini manusia disebut sebagai homo machanicus, manusia mesin. pemerintah yang dianggap menyimpang. Dalam melakukan perjuangan membela kebenaran, PPP tidak akan melakukan cara-cara kekerasan seperti yang dilakukan teroris. PPP akan tetap konsisten menggunakan cara-cara sesuai kaidah agama Islam.
6. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HUKUM
Manusia dan hukum adalah dua etnis yang tidak bisa di pisahkan, karena manusia hidup bermasyarakat dan dalam setiap pembentukan masyarakat, akan selalu di butuhkan hukum sebagai segmen perekat atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat. Masyarakat memiliki kepentingan masing-masing, hal ini akan mendorong manusia untuk saling berkompetisi dan mengalahkan antar sesamanya yang dapat menimbulkan kekacauan seperti terciptanya suatu tatanan masyarakat namun terdapat satu pemerintahan yang sewenang-wenang sehingga etiap individu merasa terancam ekistensinya,
Hukum berfungsi untuk menciptakan keteraturan dengan mencegah atau mengatasi kekacauan di atas. Hukum menciptakan norma equality yaitu mengatasi kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan agar dapat bertemu secara seimbang dan agar proses tawar menawar di antara kepentingan-kepentingan yang saling berhadapan tersebut berjalan seimbang.
Penyeimbanggan kedudukan kepentingan tersebut antara lain:
1. Bagi mereka yang di pihak lemah secara sumber daya kekuatan sosial-ekonomisnya mendapat perlindungan atas hak-hak mereka.
2. Bagi mereka yang di pihak kuat dayanya di batasi kekuasaannya dengan cara penciptaan norma-norma interatif yang bersifat implisit seperti pembebanan kewajiban-kewajiban tertentu.
3. Diciptakan norma penyeimbang hak dan kewajiban di dalam masing-masing kepentingan di namakan istilah keadilan.
7. MANUSIA SEBAGAI MAHLUK BUDAYA
Manusia sebagai makhluk berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan. Karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakekatnya adalah sesuatu yang baik, benar, dan adil, maka hanya  manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran, dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar “Manusia Berbudaya”.
  1. Kebudayaan itu hanya dimiliki oleh umat manusia.
  2. Kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis melainkan diperoleh melalui proses belajar.
  3. kebudayaan itu didapat, didukung dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar